Maksud dari judul di atas adalah bahwa kita muslim telah Allah lengkapi panduan di dalam Alquran untuk menjadi manusia yang teratur hidupnya, terjadwal aktivitasnya, disiplin dalam memanfaatkan waktu. Lewat RasulNya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, diperkuat dengan contoh-contoh konkrit dalam kehidupan dan keseharian beliau dan para shahabatnya. Kemudian dikuti para ulama yang istiqomah mengikutinya dan semoga termasuk kita umatnya di zaman ini.
Seorang muslim itu adalah seseorang yang sudah ketakar aktivitas kehidupannya sehari-hari. Dalam sehari ini sejak pagi hari apa yang dilakukan apa, kemudian apa lagi, hingga siang sholat zhuhur di mana makan siang di mana bersama siapa, hingga ketemu waktu ashar dia sholat jamaah ashar di mana, kemudian datanglah waktu maghrib dia tahu akan sholat di mana hingga isya kemudian shalat dan berisitirahat, lalu sedikit mengevaluasi kegiatan hari ini untuk dilanjutkan esok hari, jika masih ada yang belum atau luput dikerjakan.
Dalam Alquran QS Al-Israa 17:78 :
Laksanakanlah shalat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula shalat) Subuh. Sungguh, shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
Dalam ayat ini sholat subuh disebut FAJR, apa artinya ? Fajr adalah sebutan lain untuk waktu subuh. Selain itu ada istilah lain untuk subuh yaitu Ghoda, namun kali ini kita bahas fajr.
Menurut Ustadz Adi Hidayat disebut FAJR karena seorang muslim itu mempunyai manajemen aktivitas yang terukur dari pagi sholat tahajjud kemudian dua rakaat sebelum subuh kemudian sholat subuh. Permulaannya seorang muslim itu penuh keberkahan karena disaksikan malaikat. Jadi sangatlah merugi kita yang ngaku muslim/ah tapi memulai sholat subuh tidak di masjid, apalagi lewat waktu subuh, rugi serugi-ruginya.
Itulah defaultnya seorang muslim yang serba teratur hidupnya ditandai dengan sholat fardhu disela-sela waktu aktivitasnya yang tidak pernah lupa ditunaikan secara berjamaah.
Pertanyaan kita kemudian adalah kenapa sekarang banyak muslim hidup dalam kekacauan, ketidakteraturan? Waktu yang tidak efektif, selalu merasa diburu-buru waktu secara tidak pernah cukup waktu yang ada. Kenapa ini bisa terjadi ?
Ternyata tidak sulit mendapatkan jawabannya. Banyak muslim telah merubah settingan yang telah Allah tetapkan baginya. Defaultnya telah berubah maka wajar banyak terjadi error dalam hidupnya. Banyak konflik terjadi di dalam dirinya. Dari hal yang dianggap paling sederhana yaitu shalat tidak tepat pada waktunya, subuh kesiangan, zhuhur diakhir waktu menjelang ashar, ashar di akhir waktu menjelang maghrib, dan maghrib pun demikian dilaksanakan menjelang isya, karena lelah isya sengaja diakhirkan mau tidur dulu, harapannya bangun sebelum subuh lalu sholat isya. Namun yang terjadi subuh kesiangan dan isya pun lewat, na’uudzubillah min dzaalik.
Lalu gimana cara memperbaiki diri kita yang rusak settingannya nih ? Apakah harus di delete lalu install yang baru ataukah masih bisa kita kembalikan ke settingan default lagi ?
Pertama yang paling utama adalah kita banyak-banyak mohon ampun pada Allah, rutinkan istighfar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja yang ma’shum yang pasti surganya setiap hari beliau beristighfar 70 kali. Kita seharusnya lebih banyak dari itu, karena kita tidak ma’shum, surganya belum jelas, azab kubur masih menegangkan.
Kedua, secara bertahap kita kembalikan setting-an diri kita sebagaimana Allah telah tetapkan defaultnya agar hidup kita berjalan lancar, lurus sesuai pabrikannya. Lakukan segera, jangan sampai sistemnya rusak sehingga sulit kembali ke defaultnya. Mulailah dari yang utama, paksakan sholat wajib pada waktunya. Paksakan untuk bangun subuh dan sholat di masjid berjamaah, seberapa repotnya dan terburu-burunya kita untuk berangkat ke kantor. Kalau takut telat sampai kantor, buat strategi, bangun lebih pagi dan jalan sebelum subuh dan ketika azan berkumandang mampirlah untuk sholat subuh berjamaah. Dengan cara ini insyaAllah tidak terlambat tiba di kantor.
Ketiga, mulai lakukan kebaikan yang telah kita temukan dalam settingan default secara kontinue dan konsisten, walau sedikit namun terus jangan sampai putus. Allah menyukai perbuatan baik; amalan baik yang dilakukan terus menerus secara kontinue walau sedikit, dibanding banyak namun hanya sekali dua kali. Itulah pertumbuhan yang sesungguhnya menuju Taqwa, La’allakum tattaquun.
Yuk, segera berbenah, lakukan kebaikan sekarang juga, jangan nunggu besok, pesan Allah Fastabiqul khairaat artinya berlomba dalam kebaikan, dulu-duluan berbuat baik dan banyak-banyakan, itulah budaya para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Salam perubahan,
Rumah pemberdayaan Masyarakat