Benarkah Apa Yang Dilakukan Helmi Yahya Salah, Sampai Dia Layak Dipecat?

Temen-temen disini ada yg ngikuti kasusnya Helmi Yahya VS Dewan Pengawas?

Ada insight marketing menarik dari kasus yang viral itu

TVRI yg puluhan tahun terkapar ditengah gempuran TV Swasta, perlahan mulai bangkit secara meyakinkan

Kualitas siaran semakin membaik, termasuk konten yg disajikan

Tapi anehnya ditengah performanya yg makin membaik sang Dirut malah dipecat “dengan hormat” secara kontroversial dengan alasan yg sangat tidak jelas

Tayangan Liga Inggris, liga paling bergengsi dan termahal di dunia, yang sukses menarik jutaan rakyat Indonesia untuk kembali ke TVRI malah dituduh tidak sesuai dengan karakter dan jatidiri bangsa

Siaran TVRI adalah siaran dengan jangkauan paling luas di Indonesia

Sepakbola dan bulu tangkis adalah dua olahraga paling digemari di Indonesia

Dan dua-duanya, English Premier League dan BWF semua kepegang TVRI

Ketika tontonan “premium” yg menjadi konten premium dan andalan di berbagai layanan TV berlangganan dan streaming tiba-tiba digratiskan tentu saja memiliki dua dampak yang saling berbeda 180 derajat

Rakyat tentu saja senang luar biasa, hanya modal antena UHF biasa sudah mampu menikmati tontonan yg diidamkan gibol seluruh dunia itu

Kapan lagi nonton Mohammed Salah CS bertanding lawan team-team unggulan lainnya bener-bener free. Dua kali seminggu lagi

Disisi yg lain tentu saja ada pihak yang merasa “sangat dirugikan”. Karena merasa gak bisa jualan konten favorit itu di channel premiumnya

Bukan hanya kehilangan penonton, tapi potensi revenue trilyunan juga hilang begitu saja

Pihak yg baper ini yang banyak ditengarai netizen sebagai biang dibalik pemecatan Helmi Yahya

Tapi tentu saja mengambil kesimpulan seperti itu tanpa didahului penyelidikan yg menyeluruh sangat terburu-buru

Saya gak akan bahas masalah itu, biarkan proses hukum yg menuntaskan. Helmi Yahya juga sedang melawan balik dengan mem-PTUN kan Dewas

Helmi juga dapat dukungan dari Komisi I DPR RI, setelah sesi dengar pendapat beberapa hari yg lalu

Saya akan bahas tentang strategi Helmi membangkitkan TVRI yg terkapar lama

TVRI sedang dalam proses melakukan rebranding untuk regaining people TRUST

Selama ini persepsi masyarakat tentang TVRI sangat negatif

TV Jadul, kualitas acara sangat seadanya dan jauh dari selera millenial

Padahal TVRI mestinya adalah TV pemersatu bangsa, media untuk mensosialisasikan pesan-pesan penting untuk masyarakat

Ironisnya, jika penonton saja tidak punya, sebagus dan sepenting apapun pesan yang mereka bawa, gak akan ada yang dengerin

Kondisi ini sama persis dengan branding dan marketing secara umum

Jika Brand Anda sedang jatuh, sebagus apapun produk yang akan Anda tawarkan tetap dianggap sama buruknya dengan kualitas produk yg lama

Karena persepsi market yang susah sekali dirubah

Perlu membongkar ulang koneksi-koneksi antar dendrit di otak masyarakat untuk merubah persepsi buruk yg sudah tertanam di pikiran bawah sadar ini

Butuh re-wiring brain connections

Dan ini gak gampang

Dan strategi yg diambil Helmi Yahya sudah amat sangat tepat

Yang dikhawatirkan Dewas adalah jika TVRI gagal bayar biaya penayangan Liga Inggris dalam kurun waktu 3 tahun senilai 126 milyar

Helmi menyebut bahwa Liga Inggris itu killer content atau monster content nya TVRI

Ini sama seperti RCTI punya Indonesian Idol, Masterchef Indonesia atau Global TV dengan The Voice Indonesia

Bagi Brand stasiun TV yang sedang terpuruk, konten-konten seperti ini berlaku seperti lokomotif yang mampu menarik gerbong-gerbong acara yg lain

Kalau dalam inbound marketing ada strategi untuk “nudge the market” atau upaya untuk secara perlahan mempengaruhi perilaku pasar dengan content strategy

Lebih spesifiknya “Content Marketing Strategy”

Untuk menggerakkan market yg besar maka diperlukan lokomotif yang besar

Yang sudah proven memang disukai market, dan memiliki massa yang sangat banyak

Dan jawabannya sudah jelas, lari ke “sepak bola”

Dan liga sepakbola paling bergengsi di dunia saat ini dipegang English Premier League atau Liga Inggris

Strategy content marketing yang cerdas itu menggerakkan market, dari “make things people want” ke “make people want things”

“Things” disini mengacu ke kata KONTEN. Jadi maksud dari strategi ini adalah..

Tahap pertama kita akan menciptakan CONTENT yang terbukti diinginkan pasar. Demand nya sangat jelas

Apa itu? Lingga Inggris

Tahap kedua adalah secara perlahan memperkenalkan konten baru yang akan menjadi demand baru di market

Misal: acara musik, debat politik seperti ILC dll. Terserah seperti apa tipe konten yang diinginkan TVRI. Yang pasti yg sesuai jatidiri bangsa

Tahapannya memang seperti itu, harus ada dua tahap

Gak bisa kita ujug-ujug langsung ke “Make People Want Things”

Menciptakan konten-konten seperti yang kita mau, yang jelas-jelas berbeda dengan apa yang dimau pasar

Jadi apa yang dilakukan Helmi Yahya dengan mengusung Liga Inggris sebagai monster atau lokomotif untuk me-rebranding TVRI, menarik massa yang ujungnya bisa menawarkan program yang lain itu sudah sangat valid dan tepat

Dan angka 126 M yang ditakutkan Dewas itupun sudah dipikirkan bagaiamana menutupnya

Keliahatan nih Dewas ini mainnya kurang jauh, angka 126 M dalam 3 tahun di dunia entertainment itu amat sangat kecil. Cobalah Dewas minta data ke Nielsen berapa belanja spot iklan di TV dalam setahun saja.
Pasti akan paham betapa kecilnya nilai itu

Gak perlu Brand besar lah, jualan gamis aja gak susah untuk mencapai angka itu

Sangat jauh dan gak apple to apple kalo dibandingkan sama kasus Jiwasraya

So apa yang ditakutkan Dewas sebenarnya sangat mudah dimentahkan

Jika TVRI masih terus-terusan menggunakan gaya lama, tanpa gebrakan-gebrakan dan terobosan yang mampu merebut perhatian pasar, bisa jadi TVRI akan terus terkapar dan menjadi bulan-bulanan TV swasta yg lainnya

Inilah kenapa as an Inbound Marketer saya setuju banget dengan apa yang sudah dilakukan Helmi Yahya

Karena sesuai banget dengan prinsip Inbound Marketing dalam merubah perilaku pasar

Ini waktunya TVRI bangkit

Bukan hanya terus merugi dan menyedot anggaran

Dalam beberapa tahun kedepan harus bisa berdiri sendiri, mampu menggenerate revenue dan profit

Dan balik memberikan revenue buat negara

Semoga saja ya

Salam Nginbound

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *